Category: Uncategorized

HASIL UTS 2 2014

Mohon semua siswa dapat mencari artikel tentang poster dan slogan, kemudian rangkum apa yg dimaksud dg slogan dan poster, apa perbedaannya dan beri 2 contoh  slogan dan 2 poster beserta alasannya!

Sedangkan yang remidi soal uraian nomor 4 adalah:

1. Ahmad Nuril, 2. Aldian R.S., 3. Arlita Bhakti, 4 Arum P, 5. Berliana K, 6. Cyntia Risa A. , 7. Dwi Mustikaningrum, 8. Intan Mei P., 9. Soluna Hadiwijaya.

Tugasnya adalah membuat kalimat pengantar acara, kalimat pengantar pembukaan, kalimat pengantar antaracara, dan kalimat pengantar penutup acara pada acara PERPISAHAN KL IX TH 2014.

REMIDI UAS 2013

SISWA YANG REMIDI:

Kelas IX G:  Irfan Maulana Firdaus

Kelas IX H:    1. Muhammad Aurelio Putra

2. Wulansari

Kelas VIII A : 1. Intan Febriana

2. Soluna Hadiwijaya

TUGAS :

Kelas IX :  Membuat resensi buku bertema “Lingkungan Hidup”.

Kelas VIII: Membuat sinopsis novel “Edensor karya Andrea Hirata”.

CATATAN:

jika ternyata tugas yang dikumpulkan tidak hasil kerja sendiri (copas dari internet), maka tidak akan dinilai. Tugas dikumpulkan paling lambat hari Rabu, 18 Des. 2013.

Soal Remidi UKK

1.  Buatlah berita yang di dalamnya terdapat unsur 5W + 1H sesuai gambar berikut!

gambar

2. Buatlah poster yang berisi ajakan agar masyarakat memilih sekolahmu menjadi sekolah faforit!

Kumpulkan tugas remidi tersebut paling lambat hari Senin, 18 Juni 2012! Untuk poster mohon dibuat pada kertas gambar!

Hasil UKK 2012

Siswa yang remidi:
Kelas VIII A : Tidak ada yang remidi
Kelas VIII B : Arwansya, Muh. Firdaus, Vincenlie, Vinsencius
Kelas VIII C : Ferry, Maulana, Rama, Triko.
Tolong buka blog ini besok sore untuk mengerjakan tugas remidi.
Untuk semua siswa yang belum mengumpulkan log dan LKS ditunggu sampai hari Senin, 18 Juni 2012.

Tolong sampaikan pada yang lain jika mengetahui informasi ini. Terima kasih

Hasil UAS

CARA MENGERJAKAN, KLIK REMIDI KL 8 ATAU REMIDI KL 9,  KIRIM PILIHAN A, B, C, ATAU D PADA KOMEN…

REMIDI KL 8

Siswa yang Mengulang:

Kelas VIII A : Niki Ayu, Valerie

Kelas VIII B : Vincenlie, Stefanus, Sri Lestari, Putra Muhammad, Najamudin, Muh. Ilham, Kirana, Hendy K. R, Arwansya, Amanda, Amalia Nur, Afif G A

Kelas VIII C: Triko W, Shania, Teddy, Rama Bagus, Pandu W, Mentari, Brian, Ghevira, Dwi Fatmawati, Jody Yusuf, Fery A.

Kelas IX G : Syaema, R. Elnino, Nicholas, Miftakhul, Injai, Ian, Hera, Godeliva, Ervita, Elisabet, Deden, Chandra, Vishanti, Riyan, Reynaldi, Navieda, Muh. Zakki.

Kelas IX H :  Semua siswa mengulang kecuali Falah Lutfi, Bella, dan Aulia.

REMIDI`KL 9

 

KOHESI DAN KOHERENSI

Kohesi dalam istilah IPA diartikan tarik-menarik antarmolekul yang sejenis, misalnya molekul air dengan molekul air. Di dalam paragraf, kohesi merupakan tarik-menarik antar- unsur paragraf, yakni kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, dan kalimat dengan kalimat, bahkan paragraf dengan paragraf. Jika tarik-menarik antarunsur ini mampu menjalin hubungan yang serasi, kompak, dan menimbulkan pengertian yang baik, maka muncullah koherensi paragraf. Dengan kata lain koherensi adalah keserasian dan kekompakan yang tercipta oleh adanya kohesi dalam paragraf.
Ada beberapa penanda kohesi yang sering digunakan dalam paragraf.

1. Pengulangan Unsur yang Sama
Untuk menandai pertalian antarkalimat dalam satu paragraf sering kita temukan kata atau frase yang ditulis berulang dalam kalimat-kalimat berikutnya. Pengulangan ini menandai hubungan yang kohesif antarunsur-unsur tersebuyt. Istilah lain dari pengulangan unsur adalah paralelisme.
Contoh : Terumbu karang di beberapa wilayah mengalami kerusakan. Padahal terumbu karang merupakan tempat kehidupan biota laut yang penting. Karena ulah beberapa nelayan yang menangkap ikan dengan bahan peledak kelangsungan hidup terumbu karang tersebut terancam. Bahkan di beberapa wilayah perairan di Indonesia, kerusakan terumbu karang tersebut sudah mencapai titik kritis.

2. Penggunaan Kata Ganti atau Ponomina
Kata ganti sangat efektif untuk menandai pertalian antarkalimat dalam paragraf atau wacana. Termasuk di dalamnya kata ganti orang/pronomina dan kata ganti tunjuk. Jika kata yang digantikan mendahui kata ganti disebut hubungan anaforis, dan jika kata ganti mendahului kata yang digantikan disebut hubungan kataforis.
Contoh :
a. Titik membeli mobil baru. Ia mengendarainya untuk berwisata ke Bali.
b. Dengan mobil barunya itu Titik berwisata ke Bali.
c. Boyke akan menjemput Tria. Ia sudah berpakaian rapi.
Pemakaian ia pada kalimat pertama merupakan penanda kohesi anaforis karena mengacu pada kata Titik sebagai anteseden yang mendahuluinya. Sedangkan –nya pada contoh kedua merupakan penanda kohesi kataforis. Contoh ketiga tidak hohesif karena kata ganti ia membingungkan pembaca, siapa yang sudah berpakaian rapi. Boyke atau Tria?

3. Penggunaan Penanda Koreferensi
Penanda kohesi sering menggunakan kata yang maknanya berbeda dengan kata yang diacunya. Akan tetapi, kedua kata itu mengacu pare referen yang sama atau menunjuk pada sesuatu yang sama.
Contoh : Pagi-pagi Pak Hamid telah berangkat ke sawah. Petani yang rajin itu memikul bajak seraya menggiring dua ekor lembu.
Kedua kalimat itu koheren dan kohesif karena Pak Hamid dan petani mengacu kepada referen yang sama.

4. Persesuaian Alami
Kadang-kadang dalam sebuah paragraf kita temukan kata yang memiliki hubungan persesuaian alami. Walaupun kedua kata berbeda maknanya, mereka merujuk pada satu kumpulan yang sama.
Contoh : Ayah mempunyai kuda sumbawa yang bagus. Paman memiliki dua ekor.

5. Hubungan Metafora
Hubungan metafora mirip dengan hubungan koreferensi. Kedua kata atau frasa dalam paragraf mempunyai bentuk dan arti yang berbeda tetapi ada semacam pertalian makna kias dan makna lugas.
Contoh : Tidak mengherankan jika Erna sekarang tumbuh menjadi gadis cantik. Dulu ibunya memang bunga desa yang menjadi incaran para pemuda.

5. Penggunaan konjungsi.
Konjungsi merupakan penanda kohesi yang paling produktif digunakan penulis untuk menjalin hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk, antarkalimat dalam paragraf, dan antarparagraf dalam wacana yang lengkap. Ada bermacam-macam hubungan yang dinyatakan dengan konjungsi sebagai penanda kohesi, antara lain :
a. Hubungan sebab akibat atau akibat sebab yang ditandai dengan konjungsi sebab, sebab itu, karena, karena itu, oleh karena itu, maka, maka itu.
Contoh : Kita perlu biaya banya untuk menanggulangi bencana tersebut. Oleh karena itu, kita harus bergotong royong.
b. Hubungan pertentangan, ditandai dengan konjungsi tetapi, namun.
Contoh : Harga beras sudah murah tetapi persediaan di pasar masih kurang.
c. Hubungan pengutamaan, dinyatakan dengan konjungsi malahan, bahkan.
Contoh : Mereka sangat apresiatif terhadap pertunjukan itu, bahkan banyak yang memberikan sumbangan spontan untuk kelangsungan kesenian tersebut.
d. Hubungan perkecualian, dinyatakan dengan konjungsi kecuali.
Contoh : Semua siswa mengikuti gerak jalan masal itu kecuali beberapa yang sedang menderita sakit.
e. Hubungan konsesif, ditandai dengan konjungsi walaupun, meskipun, biarpun, dsb.
Contoh : Walaupun ia anak orang kaya, ia tetap berpenampilan sederhana.
f. Hubungan tujuan, dinyatakan dengan konjungsi agar, supaya.
Contoh : Setiap anak perlu membaca karya sastra supaya jiwanya tidak kering.

JENIS PARAGRAF

Ada lima macam jenis paragraf berdasarkan sifat dantujuannya, yakni deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

1. Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari verba to describe (Ing.) yang artinya menguraikan, merinci, memerikan, melukiskan. Paragraf deskripsi adalah paragraf yang bertujuan memberikan kesan/impresi kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan penulis. Dengan deskripsi yang baik pembaca dapat dibuat seolah-oleh melihat, mendengar, merasakan, atau terlibat dalam peristiwa yang diuraikan penulis baik secara inderawi, logika, maupun emosi. Hampir semua jenis wacana secara utuh melibatkan paragraf deskripsi untuk memberikan penjelasan dan ilustrasi atas gagasan-gagasan dalam wacana tersebut.
Berdasarkan kesan atau impresi yang dialami pembaca paragraf deskripsi dibedakan dua, yakni deskripsi ekspositoris dan deskripsi impresionostis. Deskripsi ekspositoris lebih banyak melibatkan kesan berdasarkan logika dan pikiran pembaca. Objek yang memerlukan rincian angka dan ukuran-ukuran detail lebih cocok untuk disampaikan dengan deskripsi ekspositoris. Karena sifatnya yang demikian jenis deskripsi ini sering rancu dengan paragraf eksposisi.
Contoh :
Pertempuran di Atlantik Selatan antara Argentina dan Inggris selama dua bulan lebih itu menelan banyak korban. Inggris kehilangan 228 orang. Termasuk 19 prajurit pilihannya, tiga penerbang, dan dua awak helikopter. Pesawat yang hilang adalah delapan Harrier (lima ditembak jatuh, tiga mengalami kecelakaan) dan sebelas helikopter. Kapal yang menjadi korban tidak kurang dari 17 buah, meliputi kapal perusak, frigat, pendarat, dan kapal peti kemas. Di pihak Argentina paling tidak tercatat 82 tentara tewas, 342 hilang, dan 106 cidera. Korban kendaraan perang Argentina meliputi 19 pesawat dan sebuah helikopter hilang, 5 buah kapal tenggelam termasuk sebuah kapal selam dan perahu nelayan.

Deskripsi impresionistis adalah paragraf yang menguraikan objek dengan tujuan agar memperoleh tanggapan emosional dari pembaca. Biasanya penulis memulainya dengan mengacu kesan indera kemudian merambah kepada keterlibatan emosi pembacanya. Namun, tidak jarang deskripsi impresionistis melibatkan kesan logika terlebih dahulu, kemudian bergerak menimbulkan rasa haru dan melibatkan emosi pembaca.
Contoh :
Ia terlentang seharian di atas trotoar panas itu. Tubuhnya yang tinggal tulang terbalut kulit itu tertutup oleh pakaian kotor dan dekil yang telah robek di sana sini sehingga perutnya yang kempis itu menyeringai dari sela-sela baju. Bau anyir menyeruak dari borok di kedua kakinya yang melebar dengan warna merah kecoklatan bercampur dengan nanah yang meleleh dikerumuni lalat yang berjejal seperti cendol. Setiap arang yang lewat di dekatnya menutup hidung dan menghindar dari bau yang menyengat itu. Sebentar-sebentar ia menggaruk-garuk bagian tubuhnya yang dipenuhi kudis dengan kukunya yang panjang dan hitam itu meninggalkan baluran-baluran merah memanjang.

2. Narasi.
Narasi (naration) secara harfiah bermakna kisah atau cerita. Paragraf narasi bertujuan mengisahkan atau bercerita. Paragraf narasi acapkali mirip dengan paragraf deskripsi. Bedanya, narasi mementingkan urutan (biasanya kronologis), memiliki tokoh, dan terdapat konflik di dalamnya. Walaupun tidak tampak tajam, konflik ini merupakan bagian penting dari sebuah narasi.
Paragraf narasi bukan hanya terdapat pada karya fiksi (cerpen dan novel) tetapi narasi juga dikenal dalam tulisan ilmiah, misalnya biografi atau autobiografi dan analisis proses.
Contoh :
Tahun 1977 Dr. Asvarez dan rekan-rekannya dari universitas California , Berkeley mendapati saesuatu yang aneh. Ketika sedang meneliti lapisan lumpur di Italia-sebagaimana yang mereka lakukan di Denmark sebalumnya-mereka menemukan kandungan iridium berkadar tinggi di antara pembatas dua lapisan lumpur itu. Pada tahun berikutnya kapal peneliti AS Glomar Challenger Two juga menemukan iridium berkadar tinggi di perairan New Mexico bagian utara. Bahan yang hanya bisa ditemukan dalam jumlah sedikit di muka bumi ini diyakini dari pecahan meteorit angkasa luar yang secara perlahan mengumpul sejak jutaan tahun yang lalu.

3. Eksposisi
Paragraf eksposisi bertujuan memaparkan, menjelaskan, menyampaikan penyuluhan/informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya. Paragraf eksposisi tepat untuk menyajikan pengetahuan/ilmu baru, definisi, pengertian, langkah-langkah, metode, cara dan proses. Sebagian besar buku teks dan pelajaran berbentuk eksposisi.
Contoh : Rokok, alkohol, dan narkotika adalah tiga jenis bahan yang sama-sama dapat mengakibatkan ketergantungan fisik dan psikhis para pemakainya, walaupun dengan kadar yang berbeda-beda. Penggunaan salah satu dari ketiganya dalam waktu yang lama, sering, dan terus menerus dapat menimbulkan kebiasaan dan meningkat menjadi ketagihan. Zat-zat kimia yang dikandung oleh rokok, alkohol, dan narkotika akan mempengaruhi metabolisme tubuh manusia dan menimbulkan ketergantungan dan kebutuhan fisik. Zat-zat yang menimbulkan ketergantungan fisik ini disebut zat adiktif.
4. Argumentasi
Istilah argumentasi diturunkan dari verba to argue (Ing) artinya membuktikan, atau menyampaikan alasan. Paragraf argumentasi bertujuan menyampaikan alasa. Paragraf argumentasi bertujuan menyampaikan gagasan, ide, pendapat, konsepsi, atau opini penulis disertai data sebagai bukti dan alasan untuk meyakinkan pembaca atas kebenaran gagasan itu. Dengan argumentasi penulis berusaha mempengaruhi jalan pikiran pembaca agar menerima kebenaran yang dikemukakannya. Proses dalam sebuah sidang peradilan merupakan salah satu contoh perbantahan dan adu argumentasi antara jaksa penuntut dan pembela. Kedua belah pihak ingin membuktikan kebenaran menurut versi masing-masing dengan membawa barang bukti, menghadirkan saksi, dan pengakuan terdakwa atauy yang berperkara sebagai alat untuk meyakinkan hakim agar mengambil keputusan seperti yang diinginkan masing-masing pihak. Simpulan merupakan salah satu ciri argumentasi.

Contoh :
Masih ada solusi yang baik untuk mengatasi polemik kapal ikan di perairan kita. Penambahan jumlah kapal besar di perairan Sulawesi, Maluku, dan Irian tidak perlu diikuti dengan pemindahan kapal kecil ke wilayah lain. Membatasi impor kapal kapal ikan juga kurang menguntungkan jika kenyataannya wilayah perairan kita memerlukan tambahan untuk dapat mengeksploitasi secara optimal. Yang terpenting adalah rasionalisasi jumlah dan ukuran kapal sesuai dangan pemberlakuan wilayah fishing ground dan fishing base.

5. Persuasi
Kata persuasi diturunkan dari verba to persuade (Ing) yang artinya membujuk atau menyarankan. Paragraf persuasi merupakan kelanjutan atau pengembangan argumentasi. Persuasi mula-mula memaparkan gagasan dengan alasan untuk meyakinkan pembaca, kemudian diikuti dengan ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atau saran kepada pembaca. Beda argumentasi dan persuasi terletak pada sasaran yang ingin dibidik oleh paragraf tersebut. Argumentasi menitikberatkan sasaran pada logika pembaca sedangkan persuasi pada emosi/perasaan pembaca walaupun tidak melapaskan logika. Persuasi yang baik akan diawali atau disertai dengan argumentasi yang baik pula. Sebuah persuasi tanpa argumentasi akan mirip iklan atau akan menghasilkan paragraf yang bombastis. Sebuah persuasi dapat berkembang menjadi agitasi dan provokasi.
Contoh :
Setiap detik penduduk di bumi bertambah lima jiwa. Bisa dipastikan bahwa pertumbuhan penduduk yang demikian pesat akan menjadi masalah global. Bumi tempat kita bermukim ini adalah makhluk terbatas. Mulai dari penyediaan ruang hunian sampai dengan penyediaan sumber daya alam yang memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, semua pihak harus sadar akan bahaya tersebut. Di satu sisi kita perlu mengendalikan pertambahan penduduk dan di sisi lain kita harus berusaha keras mencari penemuan-penemuan baru untuk memenuhi tuntutan kehidupan yang tak terelakkan tersebut.

RESENSI

MENULIS RESENSI
Resensi? Apakah itu? Bagaimana ya cara menulisnya, gampang nggak sih? Secara etimologis, kata resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Kedua kata tersebut berarti melihat kembali, menimbang, atau menilai. Dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah recensie dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Berbagai istilah tersebut mengacu kepada hal yang sama yaitu mengulas sebuah buku. Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan resensi sebagai ”Pertim-bangan atau pembicaraan buku, ulasan buku”Gorys Keraf mendefinisikan resensi sebagai ”Suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku” (Keraf, 2001 : 274). Dari pengertian tersebut muncul istilah lain dari kata resensi yaitu kata pertimbangan buku, pembicaraan buku, dan ulasan buku. Intinya membahas tentang isi sebuah buku baik berupa fiksi maupun nonfiksi. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa resensi adalah tulisan ilmiah yang membahas isi sebuah buku, kelemahan, dan keunggulannya untuk diberitahukan kepada masyarakat pembaca.
Sebagaimana menulis jenis karangan lainnya, menulis resensi juga memiliki tujuan. Gorys Keraf mengemukakan tujuan menulis resensi sebagai berikut: ”…menyampaikan kepada pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya sastra patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak?” (Keraf, 2001 : 274). Lebih jauh Daniel Samad (1997 : 2) mengemukakan tujuan penulisan resensi yang meliputi lima tujuan antara lain:
a) Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
b) Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku.
c) Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
d) Menjawab pertanyaan yang timbul jika seseorang melihat buku yang baru terbit seperti: siapa pengarangnya, mengapa ia menulis buku itu, bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya pengarang yang sama, dan bagaimana hubungannya dengan buku sejenis karya pengarang lain?
Menulis sebuah resensi tidaklah mudah. Untuk melakukan kegiatan ini diperlukan beberapa persyaratan seorang penulis. Menurut Brotowojoyo (1985, 125), ada tiga syarat utama seorang penulis agar mampu menulis resensi antara lain:
a) Penulis harus memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Artinya, jika seorang penulis akan meresensi sebuah buku novel, maka ia harus memiliki pengetahuan tentang teori novel dan perkembangannya. Hal ini diperlukan agar penulis dapat memberikan perbandingan terhadap karya lain yang sejenis. Kepekaan analisis juga sangat dipengaruhi unsur tersebut.
b) Penulis harus memiliki kemampuan analisis. Sebuah buku novel terdiri atas unsur internal dan eksternal. Seorang penulis resensi harus mampu menggali unsur-unsur tersebut. Unsur tersebut dianalisis untuk dinilai kelayakannya. Kemampuan analisis ini akan mengantarkan penulis kepada kemampuan menilai apakah sebuah buku layak dibaca masyarakat atau tidak.
c) Seorang penulis juga dituntut memiliki pengetahuan dalam acuan yang sebanding. Artinya, penulis akan membandingkan sebuah karya dengan karya lain yang sejenis. Dengan demikian ia akan mampu menemukan kelemahan dan kekurangan sebuah karya.
Sistematika Resensi
Sistematika resensi atau bagian-bagian resensi dikenal juga dengan istilah unsur resensi. Unsur yang membangun sebuah resensi menurut Samad (1997 : 7-8) adalah sebagai berikut: (1) judul resensi; (2) data buku; (3) pembukaan; (4) tubuh resensi; dan (5) penutup. Penjelasan tentang bagian-bagian tersebut penulis kemukakan berikut ini.
a) Judul Resensi
Judul resensi harus menggambarkan isi resensi. Penulisan judul resensi harus jelas, singkat, dan tidak menimbulkan kesalahan penafsiran. Judul resensi juga harus menarik sehingga menimbulkan minat membaca bagi calon pembaca. Sebab awal keinginan membaca seseorang didahului dengan melihat judul tulisan. Jika judulnya menarik maka orang akan membaca tulisannya. Sebaliknya, jika judul tidak menarik maka tidak akan dibaca. Namun perlu diingat bahwa judul yang menarik pun harus sesuai dengan isinya. Artinya, jangan sampai hanya menulis judulnya saja yang menarik, sedangkan isi tulisannya tidak sesuai, maka tentu saja hal ini akan mengecewakan pembaca.
b) Data Buku
Secara umum ada dua cara penulisan data buku yang biasa ditemukan dalam penulisan resensi di media cetak antara lain:
a. Judul buku, pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar), penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.
b. Pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar, penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.
c) Pendahuluan
Bagian pendahuluan dapat dimulai dengan memaparkan tentang pengarang buku, seperti namanya, atau prestasinya. Ada juga resensi novel yang pada bagian pendahuluan ini memperkenalkan secara garis besar apa isi buku novel tersebut. Dapat pula diberikan berupa sinopsis novel tersebut.
d) Tubuh Resensi
Pada bagian tubuh resensi ini penulis resensi (peresensi) boleh mengawali dengan sinopsis novel. Biasanya yang dikemukakan pokok isi novel secara ringkas. Tujuan penulisan sinopsis pada bagian ini adalah untuk memberi gambaran secara global tentang apa yang ingin disampaikan dalam tubuh resensi. Jika sinopsisnya telah diperkenalkan peresensi selanjutnya mengemukakan kelebihan dan kekurangan isi novel tersebut ditinjau dari berbagai sudut pandang—tergantung kepada kepekaan peresensi.
e) Penutup
Bagian akhir resensi biasanya diakhiri dengan sasaran yang dituju oleh buku itu. Kemudian diberikan penjelasan juga apakah memang buku itu cocok dibaca oleh sasaran yang ingin dituju oleh pengarang atau tidak. Berikan pula alasan-alasan yang logis.
Bagaimana Meresensi Buku Novel?
Untuk meresensi novel terlebih dahulu kita harus memahami unsur-unsur pembangun novel. Unsur pembangun novel tersebut antara lain sebagai berikut: latar, perwatakan, cerita, alur, dan tema. Latar biasanya mencakup lingkungan geografis, dimana cerita tersebut berlangsung. Latar juga dapat dikaitkan dengan segi sosial, sejarah, bahkan lingkungan politik dan waktu. Perwatakan artinya gambaran perilaku tokoh yang terdapat dalam novel. Pembaca harus dapat menafsirkan perwatakan seorang tokoh. Cara penggambaran watak ini biasanya bermacam-macam. Ada penggambaran watak secara deskriptif dan ada pula secara ilustratif. Cerita novel bisa meliputi peristiwa secara fisik—seperti perampokan, pembunuhan, dan kematian mendadak, namun juga peristiwa kejiwaan yang biasanya berupa konflik batiniah pelaku. Alur berkenaan dengan kronologis peristiwa yang disampaikan pengarang. Sedangkan tema merupakan kesimpulan dari seluruh analisis fakta-fakta dalam cerita yang sudah dicerna.
Sebelum menulis resensi perlu memahami terlebih dahulu langkah-langkah yang harus ditempuh. Berkenaan dengan itu Samad (1997 : 6-7) memberikan langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
a) Penjajakan atau pengelanaan terhadap buku yang akan diresensi;
b) Membaca buku yang akan diresensi secara konprehensif, cermat, dan teliti.
c) Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutif untuk dijadikan data;
d) Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi;
e) Menentukan sikap dan menilai hal-hal yang berkenaan dengan organisasi penulisan, bobot ide, aspek bahasanya, dan aspek teknisnya;
Mengoreksi dan merevisi hasil resensi atas dasar kriteria yang kita tentukan sebelumnya. Berbagai buku paket mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia juga menganjurkan langkah-langkah menulis resensi novel. Buku Berbahasa dan Sastra Indonesia yang ditulis Syamsudin (2004 : 81) menyarankan langkah-langkah menulis resensi novel sebagai berikut:
a) Tuliskan identitas buku pada awal tulisan;
b) Kemukakan sinopsis atau ringkasan novel tersebut;
c) Kemukakan pembahasan novel tersebut dilihat dari unsur-unsur pembentuknya. Tunjukkan kelebihan dan kekurangan novel tersebut disertai bukti berupa kutipan-kutipan;
d) Bagian akhir diisi dengan simpulan, apakah novel itu cukup baik untuk dibaca serta siapa yang layak membaca novel tersebut.
Pendapat yang lebih ringkas tentang langkah menulis resensi novel dikemukakan dalam buku paket lain yang ditulis Permadi (2005 : 233) sebagai berikut:
a) Pilihlah novel yang baru diterbitkan, biasanya 3 tahun terakhir;
b) Kemukakan identitas buku novel secara singkat berkenaan dengan pengarang, tahun terbit, dan jumlah halaman, serta katalog;
c) Kemukakan garis besar novel secara ringkat, kelebihan dan kekurangannya.
Pendapat lain tentang langkah menulis resensi dikemukakan oleh Raharjo (2004 : 54) sebagai berikut:
a) Membaca contoh-contoh resensi;
b) Menentukan buku yang akan diresensi;
c) Membaca buku yang akan diresensi secara teliti;
d) Mencatat hal-hal yang menarik dan yang tidak menarik dari buku yang akan diresensi;
e) Berlatih menyusun resensi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis melihat banyak persamaan tentang langkah-langkah penulisan resensi. Jika semua pendapat tersebut digabungkan maka secara garis besar langkah menulis resensi terbagi atas tiga tahapan. Tahapan menulis resensi adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan meliputi: (a) Membaca contoh-contoh resensi; dan (b) Menentukan buku yang akan diresensi.
2. Tahap Pengumpulan data: (a) Membaca buku yang akan diresensi; (b) Menandai bagian-bagian yang akan dijadikan kutipan sebagai data; (c) Menuliskan data-data penulisan resensi.
3. Tahap penulisan meliputi: (a) Menuliskan identisa buku; (b) Mengemukakan sinopsis novel; (c) Mengemukakan kelebihan dan kekurang-an buku novel; (d) Mengemukakan sasaran pembaca; dan (e) Mengoreksi dan memperbaiki resensi berdasarkan susunan kalimatnya, kohesi dan koherensi karangan, diksi, ejaan dan tanda bacanya.